Laki-Laki Berhak Memilih dan Perempuan Berhak Menolak

Soal Jodoh | Rabbi Allah Ar Rahman yang tentukan bukan Murabbi Fulan dan Allan
Gunakan Hak Pilihmu !
Pencipta itu Tunggal Sementara Ciptaannya Ganda Campuran

Segala sesuatu itu ada pasangannya meski terkadang kita tidak tahu mana pasangannya, Allah Ta'ala berfirman :
{سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنْفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ} [يس: 36]
Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. [Yasin (36):36]

Diciptakannya segala sesuatu secara berpasang-pasangan pasti ada hikmahnya, dan hikmah terbesar dari hal tersebut adalah agar kita senantiasa mengingat kebesaran Allah Subhanahu wata'ala;
{وَمِنْ كُلِّ شَيْءٍ خَلَقْنَا زَوْجَيْنِ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ} [الذاريات: 49]
Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah. [Adz-Dzariat (51):49]

Desember 2004 terjadi peristiwa besar di Indonesia yang menelan ribuan korban jiwa, Tsunami di Aceh. Peristiwa ini bertepatan dengan akhir perjalananku di kampus merah hitam teknik UNHAS. Usiaku pada saat itu 24 tahun lebih, kurang lebih 8 bulan lagi masuk 25 tahun. Umur yang ideal untuk menikah juga sebagaimana target yang kutetapkan jauh-jauh sebelumnya.

Kriteria Memilih Pasangan

Dalam memilih jodoh biasanya seorang pria atau wanita punya kriteria-kriteria tertentu. Secara garis besar kriteria tersebut disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ: لِمَالِهَا, وَلحَسَبِهَا, وَلِجَمَالِهَا, وَلِدِيْنِهَا, فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدَّيْنِ
“Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah wanita yang bagus agamanya.” [HR. Bukhari]

Kalau saya sendiri sering bercanda ke teman-teman dengan nada serius saya katakan: "carikan yang Cantik, Pintar dan Kaya", kenapa tidak dimasukkan agama sebagai kriteria? itu karena sudah yakin dan percaya bahwa teman-teman ikhwan/akhwat apalagi ustadz tidak mungkin carikan yang cacat dalam agamanya, meskipun terkadang sebagian teman, hanya melihat jilbabnya "yang penting lebar" berarti agamanya bagus. Di lain sisi, berbeda dengan akhwat pertanyaannya; ngaji apa nggak?; sama siapa? yang paling sering saya pribadi dengarkan ketika hunting akhwat yang mereka tanyakan; tarbiyah apa nggak? dimana? sama siapa? untuk lebih meyakinkan akan diminta komitmennya gimana? setelah dan sebelum menikah?!. Seperti itulah "tarbiyah" dijadikan sebagai tolak ukur sholeh tidaknya seseorang, baik atau tidaknya agama seseorang, sehingga pantas untuk ditolak, dan tidak masuk dalam ancaman hadits, dimana Abu Hurairah Radhiallohu 'anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ
“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-Imam Al-Albani Rahimahullah dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022)

Teringat waktu ditawari seorang akhwat yang aktif di Lembaga Dakwah, setelah cek dan ricek siapa dia, niat juga sudah bulat untuk menikah, maka kuminta untuk dipertemukan "Nadzhor", diaturlah sedemikian rupa, bertepatan dengan jadwal ta'lim-nya, sore itu saya yang diminta untuk mengisi materi "Muhadhoroh". Setelah selesai di mulai-lah dialog singkat sebagai langkah ta'aruf "perkenalan". Tiba-tiba dengan sengaja atau tidak keluar darinya pertanyaan : tarbiyah dimana? sama siapa?. Pada zaman dahulu kala, saya memang pernah sempat tarbiyah sama Kak Ismail Rajab, ST di UNHAS dan Ust. Irwan Fitri di Ma'had Al Birr, maka pertanyaan itu saya jawab dengan permintaan; Silahkan tanya teman-teman disini saya "tarbiyah" dimana? atau tanya: mereka tarbiyah sama siapa?. Wajar pertanyaannya seperti itu karena dia sendiri tarbiyah dan murobbiyah, pada saat giliran saya, dengan ringkas saya berkata dan bertanya kepadanya, bahwa saya ini adalah seorang lelaki namun pernah "ngaji" sekilas tentang Kitab Haid, sebut dan jelaskan ada berapa jenis darah kebiasaan wanita?. Ternyata tak satupun kata yang bisa terucap sebagai jawaban dari pertanyaanku. Pertemuan singkat itupun berakhir, dengan bingung saya berusaha untuk mencari sisi-sisi terang yang bisa memantapkan langkah, dengan cara bermusyawarah bersama ortu dan keluarga lainnya serta istikhoroh, maka kuputuskan cukup sampai disini, dan pindah ke biodata lainnya.

Demikianlah lelaki berhak untuk memilih dan memutuskan lanjut atau tidak, berbeda dengan perempuan, mereka berhak untuk menolak, sebagaimana kisah adik saya sewaktu diperkenalkan kepada salah seorang akhwat. Ummu Fatimah mengirim sms pada tanggal 21 Nopember 2010 Pukul 22:33 yang bunyinya :
Bismillh, kaifa haluki ukht? Ada iparku mau dtg dr sudan akhr bln ini insy Alloh! bgmn kalo diurusx dg ad l**a?
Pada tanggal yang sama 21/11/2010 pukul 22:40 masuk sms balasan :
Alhamdulillah, bii khair kak. Klo dia komitmen dgn dkhwh n tarbiyah dr sblm n stlh nikah, mgkin bs coba diurusx kak. Tp klo tdk, apalg akan smji kasusx dgn qt yg nalrng maq zaujita’ trbyh n gbung dgn akhwat, jgnjgn maq k. afwan.

Pelajaran Bagi Ikhwan dan Akhwat yang Belum Menikah

Ikhtiar untuk mencari jodoh yang sesuai dengan kriteria idaman tidaklah mudah, dibutuhkan kesabaran yang lebih jika ingin tetap mempertahankan idealisme, mencari yang sempurna sesuai kategori yang telah digariskan, teruslah bersabar, jangan batasi sabar yang tidak terbatas itu dengan ketidaksabaran.

Kata Ibu-ku; wanita muda yang masih remaja biasanya melihat ketampanan saja, tapi ketika telah dewasa maka dia akan melihat kemapanan si pria.

Kata teman-ku; ketika masih tergolong muda pertanyaannya : siapa anda? tetapi ketika telah mulai usia senja pernyataannya : siapa saja!

Kemudian bagi yang ingin longgar sedikit, tidak kaku dalam menetapkan pilihan juga harus siap bersabar karena telah melanggar syarat yang sebelumnya ditetapkan sendiri. Jauhi penyesalan, karena anda sendiri yang telah siap dan ridho menerimanya sehingga tidak ada jalan lain kecuali menempa kekuatan diri untuk menghadapi masalah yang mungkin akan jauh lebih besar, butuh sikap saling memahami satu sama lain, bersabarlah menghadapi setiap persoalan, jangan lari!, apalagi mengumbar aib, cacat dan masalah di dalam rumah tangga sendiri, bukankah anda sebelum menikah, rajin datang di majelis tarbiyah yang telah menempa sehingga menjadi sosok manusia seperti sekarang, bukankah di tarbiyah orang ditempa menjadi pribadi yang kuat, dewasa, bijak menyikapi masalah, dan lapang dada. Kenapa tidak berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan karena bagaimanapun bisa jadi dia adalah jodoh terbaik yang disiapkan Allah.

Ada Apa Setelah Menikah

Pasangan yang baru saja menikah, yang baru saja menancapkan dan membentangkan layar bahtera untuk mengarungi samudera rumah tangga yang sangat luas dengan arus dan ombak serta cuaca yang tidak menentu dan berubah-ubah, terkadang bahkan bisa dipastikan akan mendapatkan masalah yang membutuhkan solusi dan jalan keluar.

Taqwa kepada Allah Ta'ala merupakan wasilah untuk mendapatkan jalan keluar dan kemudahan dalam segala urusan, sebagaimana firman-Nya :
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا} [الطلاق: 2]
Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. [Ath-Tholaq (65):2]
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا} [الطلاق: 4]
Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. [Ath-Tholaq (65):4]

Sebaiknya menghindari hal-hal yang bisa semakin memperkeruh keadaan, misalnya dengan cur-hat yang bentuknya berkeluh kesah menyampaikan aib, cacat, cela dan kekurangan-kekurangan suami atau istri kepada orang lain.

Hal seperti itu sangat berbahaya, mengancam keutuhan rumah tangga, apalagi kalau kedua pasangan suami istri ini dikenal sebagai aktifis dakwah, hendaknya berusaha membina dan menjaga keutuhan rumah tangga di atas manhaj nubuwwah, kekurangan dan kesalahan itu akan selalu ada, bukan untuk diumbar tapi untuk dilengkapi dan diperbaiki.

Lebih berbahaya lagi jika apa yang kita keluhkan sampai kepada orang-orang yang jalinan ukhuwahnya hanya membentang luas sesaat sementara kita tidak pernah terbersit di hati untuk mengurainya, kenapa berbahaya? karena tangannya bisa saja menari merangkai Husnudzh-Dzhon, sambil mengetik SMS, sebagaimana yang masuk di kotak masuk, pada tanggal 22 Nopember 2010 pukul 21:16; yang berbunyi :
Kak. Cobaq ingat baik2. Jgnq lupa. Bknkh yg “menabuh genderang perang” pertamakali adl zaujita’ sendiri? Msh ingat jaq saat qt curhat di sekret ttg prktaan zaujita’ yng mngatakn “IRA dpt sy, bruntung. Sy dpt IRA, musibah”. Qt ingatji prktaanta’ sndiri k? sbg akhwt yg mghrgai, mghormati n menyayangi qt, wjr klo km marah dgn kt2 zaujita’ itu. Sdh tdk jujur dr awal, sembrang na bilng, n skrg melarang2 qt. suami yg bijak, tdk akan melakukn itu kak. Ini perxtaan<…><…>

Perhatikan teman tempat cur-hat-mu wahai saudara-saudariku se-aqidah! Contohnya di suatu pagi, engkau kirimkan sms yang berbunyi : 'kak, sy menyesal menikah dgn suami sy yg ikhwa X. Trnyta akhlakx jauh dr penamaan kelompok mrk', lalu masuk bertandang di HP salah seorang dari teman-teman cur-hatmu itu.

Apa faidahnya? adakah solusi praktis yang nyata? apakah itu bisa memperbaiki hubunganmu dengannya?

Penyesalan itu apa gunanya?. Berbeda dengan "keterlanjuran" atau yang biasa diungkapkan dengan istilah "Nasi Sudah Jadi Bubur", masih bisa dimanfaatkan dan dinikmati, karena bubur masih bisa disulap menjadi nasi atau cemilan yang lebih nikmat jika berada di tangan koki meski amatiran apalagi kalau diserahkan kepada chef profesional.

Baitiy Jannatiy; Tidak Ada Tempat untuk Syaithon

Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian maka jadikanlah dia sebagai musuh.” (Fathir: 6)

Nabi Shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ إِبلِيسَ يَضَعُ عَرْشَهُ عَلَى الْماَءِ ثُمَّ يَبْعَثُ سَرَايَاهُ فَأَدْنَاهُمْ مِنهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً، يَجِيءُ أَحَدُهُم فَيَقُولُ: فَعَلْتُ كَذَا وَكَذَا. قَالَ: مَا صَنَعْتَ شَيْئًا. ثُمَّ يَجِيْءُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ: مَا تَرَكْتُهُ حَتَّى فَرَّقْتُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ. قَالَ: فَيُدْنِيهِ مِنْهُ وَيَقُولُ: نِعْمَ أَنْتَ
Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air lantas ia mengirimkan tentara-tentaranya. Maka yang paling dekat di antara mereka dengan iblis adalah yang paling besar fitnah yang ditimbulkannya. Datang salah seorang dari anak buah iblis menghadap iblis seraya berkata, “Aku telah melakukan ini dan itu.” Iblis menjawab, “Engkau belum melakukan apa-apa.” Lalu datang setan yang lain melaporkan, “Tidaklah aku meninggalkan dia (anak Adam yang diganggunya) hingga aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya.” Maka iblis-pun mendekatkan anak buahnya tersebut dengan dirinya dan memujinya, “Engkaulah yang terbaik.” (HR. Muslim no. 7037)

لَيْسَ مِنَّا مَنْ خَبَّبَ امْرَأَةً عَلَى زَوْجِهَا
“Bukan termasuk golongan kami, orang yang merusak akhlak istri terhadap suaminya dan menjadi sebab nusyuz si istri.” (HR. Abu Dawud no. 2175, disahihkan dalam Shahih Abi Dawud)

Renungan : Harapan Dibalik Ketakutan
  • Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang hiper sensitif dengan menganggap orang lain sensitif dan mudah tersinggung;
  • Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang dzolim dengan menganggap orang lain dzolim dan mendzolimi kita;
  • Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang pendusta dengan menganggap orang lain telah berbohong dan berdusta;
  • Semoga kita tidak menjadi orang-orang yang su'udz-dzon dengan menganggap orang lain su'udz-dzon penuh syak wasangka;
_______

Bacaan :

"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]