dari Daurah Asatidzah ke Tabligh Akbar Ulama [Sakinah bersama dengan Sunnah]

Jauh sebelum masuknya bulan suci ramadhan, pamflet akan diadakannya daurah asatidzah dan tabligh akbar ulama di Makassar sudah sering berseliweran di wall FB-ku.

Tabligh Akbar Ulama

Sebenarnya tidak ada niat yang sangat untuk ke Makassar, meninggalkan Selayar, terlebih lagi dana yang terbatas dan fokus digunakan untuk membangun Rumah Sangat Sederhana Sekali (RSSS), yang targetnya "insya Allah" di penghujung tahun ini 2016 sudah rampung dan bisa ditempati. Namun mengingat firman Allah ta'ala :
{وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ} [التوبة: 122]
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [Attaubah: 122]

Belum lagi sebagian ikhwah mengajak dan bahkan mendaftarkan nama-ku untuk ikut menjadi peserta Daurah Asatidzah, akhirnya dengan segala keterbatasan dan sedikit keterpaksaan, niat-pun menjadi bulat untuk safar ke Makassar.

Untuk itu, dengan cukup percaya diri saya segera mendaftar melalui WA di panitia registrasi daurah asatidzah. Setiba di lokasi langsung menuju meja registrasi, nama saya tercatat di lembaran pertama nomor urut ke-40, daftar nama tersebut dicentang lalu panitia memberikan dua buah kitab foto-kopian dan atribut peserta.

Atribut Peserta Kajian Khusus Asatidzah

Setelah selesai registrasi, sempat berdiri beberapa menit dekat meja panitia, menunggu instruksi selanjutnya, mau diarahkan kemana, maklum orang baru datang dengan menempuh perjalanan darat dan laut sekitar 13jam lebih, bukan hanya lelah tapi perutpun sudah mulai berdo'a mengharap belas kasih. Tak satupun panitia yang menghampiri untuk mengajak istirahat di penginapan ataukah diarahkan untuk menikmati ala kadarnya. Padahal peserta yang resmi terdaftar seharusnya mendapatkan fasilitas sebagaimana info yang disebarkan.

Fasilitas bagi Peserta Daurah

Panitia pasti sangat kewalahan mengingat peserta yang membludak, datang dari berbagai daerah di seluruh wilayah Indonesia, ada yang datang sendiri ada yang bersama team bahkan banyak yang membawa keluarga, anak dan istri. saya-pun memaklumi dan langsung menuju ke masjid untuk menyimpan tas sekalian ganti pakaian, setelah itu, saya keluar lagi dan pura-pura bertanya kepada salah seorang yang tidak saya kenal sebelumnya; "sudah makan belum? ayo makan!", dia spontan menjawab "saya santri disini, kalau mau makan silahkan ke-situ!" sambil menunjuk restoran biru, tanpa berpikir panjang saya meluncur ke tempat yang telah ditentukan.

Alhamdulillah, rasa capek dan lelah di perjalanan terbayar dan hilang entah kemana, setelah makan malam dengan hidangan yang tak terbayangkan mewahnya dan setelah mengikuti dars (pelajaran) pertama bersama masyaikh setelah sholat isya, malam itu juga. Padahal, berdasarkan jadwal, daurah sebenarnya dimulai hari senin tanggal 25 Juli.

Kajian khusus asatidzah yang bertempat di pesantren As-Sunnah Makassar jl. Baji Rupa no. 8, jadwalnya mulai tanggal 25 sampai dengan 31 Juli 2016, tapi karena sebagian pemateri sudah datang sebelum tanggal pelaksanaan daurah maka mereka mengisi dan menyampaikan ceramah umum baik di Masjid As-Sunnah dan juga di masjid-masjid lainnya di wilayah Makassar. Semoga kedepannya panitia bisa menyampaikan jadwal kedatangan sekaligus jadwal keberangkatan para ulama yang datang tersebut, agar peserta bisa mengatur jadwal pulang-perginya (tiket PP) sehingga bisa datang lebih cepat atau minimal bersamaan dengan datangnya masyaikh dan pulang sampai masyaikh juga pulang. Penginapan dan konsumsi di luar jadwal acara ditanggung masing-masing.

Daurah Ilmiah Nasional Asatidzah

Daurah Masyaikh kali ini adalah daurah pertama yang kuikuti setelah menamatkan kitab "durusul lugah, jilid I, II dan III" sebanyak dua kali. Sangat terasa bedanya dibandingkan dengan daurah atau kajian kajian sebelumnya, ternyata dengan mengkhotamkan kitab durusullughah, hampir 90% dari apa yang masyaikh sampaikan bisa dipahami dengan baik, meski tanpa penerjemah.

Daurah Masyaikh kali ini yang bertidak sebagai pembicara -hafizhahumullahu ta'ala- adalah :
  1. Fadhilatussyaikh Utsman bin Abdillah Assalimy, pimpinan pesantren darul hadits Dzammar, Yaman. Membawakan kitabul Buyu' dari kitab Minhajussalikin karya Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir Assa'dy dan kitab Tathirul I'tiqad;
  2. Fadhilatussyaikh Abdul Hady al Umairy, membaca kitab Fadhlul Islam. Beliau adalah pengajar ma'had dan anggota dewan pelayanan fatwa Masjidil Haram Makkah, Arab Saudi;
  3. Fadhilatussyaikh Muhammad Abdullah Nashr Bamusa, kitab Adabul Usyrah wa Dzikrussuhbah wal ukhuwwah. Beliau adalah pimpinan pesantren Darul Hadits dan Markaz Assalam al Ilmy li ulumi syar'i Hudaidah, Yaman;
  4. Fadhilatussyaikh Ahmad bin Ahmad Syamlan, Ilmu Balagah. Pimpinan pesantren Darul Hadits Roda', Yaman;
  5. Fadhilatussyaikh Ali Ahmad Hasan Ar Razihy, Kitab dhawabith fiel Jarh watta'dil dan kitab musthalah hadits, karya beliau sendiri. Beliau ini adalah pengajar di Darul Hadits Ma'bar, Yaman.
Dengan materi yang cukup padat dan waktu yang terbatas, tentu mustahil untuk menyelesaikan semua materi tersebut, namun dengan izin Allah, kitab balagah, mustholah hadits dan Fadhlul Islam selesai dibaca sesuai jadwal. Secara khusus Asy Syaikh Abdul Hadi, memberikan ijazah kepada seluruh peserta yang mengikuti pelajaran beliau kitab Usulussittah, nawaqhidul Islam dan Fadhlul Islam.

Ijazah

Daurah Asatidzah ini dirangkaikan dengan Tabligh Akbar Ulama yang diadakan selama dua hari, sabtu dan ahad di Masjid Al Markaz Al Islamy Makassar, yang dihadiri dengan ratusan bahkan ribuan orang, mengangkat tema "Sakinah Bersama Sunnah"

Tabligh Akbar Ulama - Sakinah Bersama Sunnah

Dengan adanya acara tabligh akbar ini, pelajaran di daurah asatidzah menjadi terputus, karena masyaikh semuanya berangkat menuju al Markaz, harapan saya sebenarnya agar pelajaran tetap berjalan, mengingat di tabligh akbar hanya dua tiga orang syaikh yang mengisi acara dan tidak bersamaan kelima-limanya, artinya masih bisa diatur agar daurah tetap jalan. Karena tidak ada pelajaran di pondok maka peserta diberikan fasilitas transportasi antar jemput dari ma'had ke al Markaz.

Mobil TNI AL - Divisi Transportasi
Bus TNI Angkutan Laut - Antar Jemput Peserta

Dengan berakhirnya seluruh rangkaian acara mulai dari daurah sampai tabligh akbar, para peserta-pun pulang dengan teratur ke daerah masing dengan membawa faidah sesuai dengan kesungguhan masing-masing. Sampai jumpa di daurah berikutnya, semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan.

Dermaga Bira - Bulukumba

Setelah mengikuti daurah dan tabligh akbar ini, saatnya untuk kembali belajar di pesantren terbuka "As Sunnah" Selayar dengan jadwal sebagai berikut :
  • Setiap selesai sholat Subuh kecuali hari jum'at, belajar bahasa Arab, kitab Durusullugah, @Masjid Al Ikhwan Boddia Tabang
  • Kajian Kitab Antara Magrib dan Isya:
    • Malam Jum'at: Nawaqhidul Islam @Masjid Nurul Jihad Benteng Selatan
    • Malam Sabtu: Mukhtashar Minhajil Qasidin @Masjid Al Ikhwan Boddia Tabang
    • Malam Ahad: Tafsir Assa'di @Masjid Ridho Ilahi jalur dua jln. Ahmad Yani
    • Malam Senin: A'lamussunnah al Mansyurah @Masjid Baiturrahman Kemenag
    • Malam Selasa: al Wajiz Syarah Aqidah ibn Abi Zaid @Masjid Agung al Umaraini
Belajar, belajar dan belajar!

"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]