Tarbiyah dan Tashfiyah melalui Kajian Kitab

Jadwal Kajian Kitab di Masjid-Masjid wilayah Benteng dan Sekitarnya
Jadwal Kajian
Nasehat Berharga untuk Menggunakan Kesempatan dan Memanfaatkan Waktu dengan Amal Shalih

Asy Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :
-Nasehatku- kepadamu wahai saudara muslim-ku untuk senantiasa bertaqwa kepada Allah azza wajalla dan selalu menggunakan berbagai kesempatan serta hendaknya tidak membiarkan waktu berlalu tanpa diisi dengan amal shalih :
  • Baik dengan ibadah secara khusus, seperti sholat, membaca al Qur'an dzikir dan sebagainya.
  • Atau dengan ibadah secara umum seperti menyebarkan ilmu diantara saudara dan sejawat serta kepada publik.
  • Atau dengan amar ma'ruf nahi mungkar.
  • Atau dengan berbuat baik kepada kedua orang tua, dan menyambung tali silaturahim.
  • Atau dengan berbuat baik kepada tetangga, anak-anak yatim dan sebagainya.
  • Atau dengan berusaha mendamaikan sesama.
  • Dan seterusnya dari banyak perkara yang Allah ta'ala telah syari'atkan kepada hamba-hamba-Nya sebagai rahmat, keutamaan dan kebaikan dari-Nya
Sekiranya Allah tidak men-syari'atkan berbagai hal ini, tentu hal tersebut termasuk perkara yang tidak akan mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi Allah telah men-syari'atkan berbagai hal tersebut agar bisa mendekatkan kepada-Nya dan agar hamba mendapatkan manfaat dengannya, diantara perkara tersebut adalah : Berjalan untuk menuntut ilmu; karena sesungguhnya Nabi shollallahu 'alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa :
(مَن سلك طريقاً يلتمس فيه علماً سهل الله له به طريقاً إلى الجنة)
Barangsiapa yang meniti satu jalan yang dia mencari ilmu di jalan tersebut, maka Allah akan mudahkan baginya -untuk meniti- satu jalan menuju syurga

Dan jalan-jalan yang bisa ditempuh untuk mencari ilmu itu ada dua macam; yang nyata dan yang abstrak.
  • Adapun yang bentuknya nyata yaitu berbagai medan yang bisa ditempuh oleh seseorang menuju tempat-tempat -menimba- ilmu; masjid dan selainnya.
  • Dan adapun yang abstrak yaitu seseorang berjalan dengan akal pikirannya, dengan merenungi dan men-tafakkuri Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, atau dalam menela'ah kitab-kitab para ulama yang telah mengerahkan seluruh potensinya yang banyak dan patut disyukuri dalam menyebarkan makna yang benar dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya shollallahu 'alaihi wasallam; baik itu langsung dari al Qur'an seperti kitab tafsir, langsung dari As Sunnah seperti kitab syarah berbagai hadits, atau dengan bentuk terpisah seperti kitab-kitab fiqh, dan kitab-kitab ulama -yang membahas- tentang aqidah tauhid, dan yang semisalnya.
Sesungguhnya segala hal yang kalian dapatkan dari kitab-kitab aqidah tauhid yang penulisnya berdalil dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya dalam kitab tersebut, maka kitab tersebut pada hakekatnya adalah tafsir al Qur'an, akan tetapi bukan tafsir secara langsung. Demikian pula apa yang kalian dapatkan di kitab-kitab ulama fiqih yang mereka berdalil dengan al Qur'an dan Sunnah dalam penetapan hukum-hukum syar'i, itu juga pada hakekatnya adalah tafsir al Qur'an.

Maka orang yang menela'ah kitab-kitab fiqih yang dibangun diatas dalil -al Qur'an dan sunnah- hakekatnya adalah sedang menela'ah tafsir, akan tetapi tidak secara langsung. Demikian pula orang yang menela'ah kitab aqidah tauhid yang al Qur'an dan Sunnah dijadikan sebagai dalil terhadap apa yang disebutkan didalamnya, dia juga kenyataannya sedang membaca tafsir. [Liqo' al Baab al Maftuuh 3/123]

"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]