Catatan Perjalanan Safari di Bontomarannu Kepulauan Selayar

safari Ramadhan Desa Bontomarannu Kec. Bontomanai Kepualaun Selayar
Jadwal Rombongan Safari Ramadhan Desa Bontomarannu
Desa Bontomarannu merupakan salah satu desa yang ada di kec. Bontomanai Kab. Kepulauan Selayar. Desa ini terdiri dari lima dusun :
  1. Dusun Gojang Utara
  2. Dusun Gojang Selatan
  3. Dusun Bontomarannu
  4. Dusun Gantarang Lalang Bata
  5. Dusun Gollek

JADWAL DAN CATATAN ROMBONGAN SAFARI DESA BONTOMARANNU

Sabtu, 11 Juni 2016 Dusun Gojang Utara, RK Balikra

Safari Ramadhan bermula dari Kampung Balikra, sebuah kampung yang ada di sebelah paling utara dari dusun Gojang Utara, akses jalan menuju ke kampung ini cukup ekstrim, dengan dibonceng sepeda motor, ketika hampir sampai di kampung sebelum tanjakan yang cukup curam dengan kemiringan sekitar 60o, Pakde [baca: Kepala Desa] memberikan isyarat untuk maju sedikit, agar ban depan motor tidak terangkat. Sebagian rombongan yang baru dan belum berpangalaman terpaksa harus turun dan mendorong kendaraannya.

Ahad, 12 Juni 2016 Dusun Gojang Selatan, RK Lembang Parang

Lembang Parang, dengan jumlah hanya sembilan rumah yang berpenghuni, menjadi target selanjutnya. Kondisi medan menuju ke kampung ini juga sungguh sangat ekstrim dan perlu konsentrasi serta kehati-hatian yang ekstra, kampung ini termasuk kampung yang ada di desa Bontomarannu yang terletak di kawasan lembah kaki bukit, menuju kesana melewati jalanan menurun yang curam dan cukup licin apalagi di musim hujan.

Selasa, 14 Juni 2016 Dusun Gojang Utara, RK Lembang Pakja

Lembang Pakja, kampung halaman Pakde. Kampung ini sudah pernah saya kunjungi beberapa kali, disini saya pernah khotbah dua hari raya, idul fitri dan idul adha. Lembang Pakja memberikan jamuan yang sangat istimewa lain dari yang lain. selama hampir delapan tahun mukim di selayar, disini saya baru pertama kalinya makan belut dengan ukuran yang cukup besar. Maklum selayar, kebanyakan penduduknya tidak mengkonsumsi ikan darat, mereka terbiasa dengan ikan laut saja.

Rabu, 15 Juni 2016 Dusun Gojang Selatan, RK Paccendolang

Paccendolang, jarak tempuh ke kampung ini tidak terlalu jauh dari kota Benteng, dengan akses jalan yang sudah cukup baik. Masjidnya terletak di pinggir jalan raya. Seusai sholat isya dilanjutkan dengan tarwih dan witir secara berjama'ah, setelah penyampaian pesan-pesan agama selesai, sebagian rombongan mengajukan permintaan untuk diberi kesempatan bertanya dan diadakan sesi tanya jawab. Ini termasuk permintaan yang sangat berat, mengingat Firman Allah ta'ala :

{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ * بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ} [النحل: 43، 44]
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (adz-dzikr) jika kamu tidak mengetahui, *keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran (adz-dzikr), agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, [an Nahl : 43, 44]

Bagi saya, yang pantas dan layak untuk ditanya dalam masalah agama khususnya berkaitan dengan Islam, adalah orang yang mempunyai pengetahuan, pengetahuan yang dimaksud adalah Al Quran. Artinya ketika orang bertanya hendaknya dijawab dengan jawaban yang bersumber dan sesuai Al Quran, bukan sekedar menjawab berdasarkan logika akal semata.

Kamis, 16 Juni 2016 Dusun Bontomarannu, RK Biringere

Biringere, kampung yang cukup unik, rumah dibangun dan terletak di lereng bukit hijau, dengan udara yang sejuk agak dingin. Di kampung ini saya bertemu dengan sesepuh yang memiliki keyakinan, yang menurutnya diterima dari orang tua dahulu, bahwasanya : Al Qur'an yang tertulis ada 30 juz dan masih ada sisanya 10 juz, manakah itu?

Keyakinan seperti ini ada benarnya, namun kurang tepat jika dikatakan ada 10 juz lagi yang belum tercatat, karena sebagaimana kita ketahui al Qur'an itu adalah kalamullah yang totalnya hanya 30 juz, namun kalimat-kalimat Allah di luar al Qur'an itu tidak ada batasnya, Allah ta'ala sendiri telah menjelaskan :
{قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا} [الكهف: 109]
Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". [al Kahfi : 109]

{وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [لقمان: 27]
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [Lukman : 27]

Mereka mencari beberapa juz diluar al Qur'an, sementara Al Qur'an yang tertulis yang sering mereka baca, belumlah dikuasai dengan baik, buktinya satu pertanyaan yang saya ajukan berkenaan dengan perintah pertama yang terdapat dalam al Qur'an tidak ada seorang-pun yang mampu menjawabnya.

Sabtu, 18 Juni 2016 Dusun Gantarang Lalang Bata, RK Gantarang Lalang Bata

Gantarang, merupakan kampung yang pertama kali di Pulau Selayar yang menerima cahaya Islam, kemungkinan dengan sebab inilah maka kampung ini dinamakan Gantarang. Gang = lorong, Tarang = Terang, jadi gantarang bisa dimaknakan dengan Lorong/jalan yang terang. Menuju kampung gantarang diawali dengan gerbang selamat datang di "Perkampungan Tua Gantarang". Akses jalan menuju ke kampung terputus dan tidak bisa dilalui kendaraan bermotor, kita harus berjalan kaki menaiki beberapa anak tangga. Masuk di kampung ini, kami disambut seorang juru bicara yang menjelaskan beberapa perkara penting berkaitan dengan kampung Gantarang ini. Di kampung Gantarang ada replika Ka'bah yang konon di tempati thowaf bagi jama'ah calon haji, karena banyaknya keyakinan yang mengarah kepada Takhayul Bid'ah dan Churafat. Menurut Ju-Bir yang menemani kami, ada sekelompok orang yang pernah membongkar replika ka'bah tersebut yang dalam bahasa setempat disebut "possitana" atau pusat bumi, yang disebelah utaranya ada lubang yang dinamakan pakkojokang, yang disebelah utaranya lagi ada makam Dato' Ribandang, penyebar agama Islam pertama di kampung ini.

Sebagian orang luar gantarang berkeyakinan bahwa barangsiapa yang mampu berhari raya haji sebanyak tujuh kali di Gantarang, maka predikatnya sudah haji kecil. Sebagian lagi berkeyakinan bahwa barangsiapa yang naik haji tanpa thowaf di Gantarang, maka hajinya tidak sah. Keyakinan yang terakhir ini ada benarnya jika memang pada saat itu tidak ada tempat pelaksanaan pelatihan manasik haji kecuali di Gantarang, tentu orang yang berhaji tanpa ilmu maka kemungkinan besar hajinya tidak sah.

Berkaitan dengan "Pakkojokang" menurut sebagian hikayat, mungkin sebelum Islam masuk di Gantarang, pada saat diadakan ritual tahunan, orang yang memasukkan tangannya ke dalam "pakkojokang" tidak akan bisa menggapai dasarnya dan sebagian orang ada yang mendapatkan barang-barang tertentu dari dalam "pakkojokang" tersebut.

Adapun Makam Dato' Ribandang, menurut Ju-Bir tadi, hanya merupakan simbol bahwa Dato' Ribandang telah tiada dan telah dipanggil oleh sultan yang mengutusnya untuk kembali dan meninggalkan Gantarang, karena dianggap misinya telah selesai. Senada dengan itu menurut Pakde, makam tersebut tidak ada isinya sama sekali, hanya sekedar makam penghormatan. Makam ini memanjang dari timur ke barat, bukan dari utara ke selatan, sebagaimana kuburan pada umumnya.

Setelah tafakkur sejenak, saya teringat dengan peta lokasi ka'bah dan hubungannya dengan hajar aswad dan makam Ibrahim. Mirip dengan tata letak "possitanah", "pakkojokang" dan "makam Dato' Ribandang"


Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagaimana penjelasan sang Jubir, bahwasanya "possitanah" adalah replika ka'bah, lengkap dengan hajar aswad dan makam Ibrahim-nya sebagai tempat pelatihan manasik bagi calon jama'ah haji pada zaman itu. Jadi "makam Dato' Ribandang" sebenarnya bukan kuburan, tapi replika dari Makam Ibrahim.

Di Gantarang ada juga batu yang diduga bekas telapak kaki Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam, setelah salah seorang teman yang ikut di rombongan melihatnya, dia mengatakan tidak melihat bekas telapak kaki sama sekali, hanya batu biasa. Pak Dusun menimpali, bahwa memang konon seperti itu, hanya orang-orang yang bersih dan suci hatinya yang mampu melihatnya.

Jika dirunut dari segi bahasa, bekas telapak kaki yang dalam bahasa setempat disebut lisa' bangkeng, sebenarnya berasal dari bahasa Arab yaitu "atsar" (الأثر), jika di Indonesiakan cukup dengan istilah "Jejak", namun setelah diterjemahkan dalam bahasa Selayar, disebut "lisa' bangkeng" akhirnya terjadi perubahan ketika bahasa Selayar ini diterjemahkan kembali ke dalam bahasa Indonesia, yaitu berubah menjadi "jejak kaki".

Jadi batu tersebut, hanya merupakan simbol bahwa Atsar Nabi yang bermakna jejak peninggalan Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam yaitu Islam dan Sunnah telah sampai di Gantarang. Orang yang mampu melihatnya dalam artian menerima cahaya hidayah Islam dan Sunnah ini hanyalah orang-orang yang telah atau Allah ingin bersihkan hatinya.

Masjid Tua yang ada di Gantarang dibiarkan tetap tua, hampir tidak tersentuh teknologi dan kemajuan. Bentuk bahkan konstruksi bangunannnya tetap dipertahankan. Masih menggunakan bedug sebagai tanda masuknya waktu sholat, berbeda dengan masjid pada umumnya, bahkan berbeda dengan masjid tertua yang di bangun oleh Nabi shollallahu 'alaihi wasallam di kota Madinah, yang penentu masuknya waktu sholat wajib hanya dengan suara adzan yang dikumandangkan di dalam masjid dan disiarkan dengan pembesar suara, yang bisa kedengaran sampai radius beberapa meter. Yang cukup menarik di masjid ini adalah tiang tengah yang konon katanya adalah kaju gintang (baca: batang lombok), dan juga MIMBAR yang terdiri dari tiga anak tangga berbeda dengan masjid lain yang pada umumnya yang menggunakan PODIUM.

Sebelum berangkat ke Gantarang, sebagian teman sudah mengingatkan bahwa lokasi masjid menyatu dengan pekuburan, bahkan letak kuburan ada di bagian barat masjid. Setelah melihat sendiri, ternyata benar. Hal tersebut disebabkan karena adanya pembangunan pagar keliling yang menyatukan dan menjadikan seakan-akan masjid dan kuburan berada dalam satu lokasi. Jika ingin diteliti lebih jauh nampak bekas-bekas peninggalan bahwa masjid sebenarnya tanpa pagar, yang ada pagarnya hanya pekuburan, dalam artian antara masjid dan kuburan ada pembatasnya berupa pagar pekuburan. Kenapa antara masjid dan pekuburan harus dipisah?

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
لا تصلوا إلى القبور، ولا تجلسوا عليها
Janganlah kalian sholat menghadap ke kuburan dan jangan pula duduk diatasnya! [HR. Muslim]

Hadits diatas, memberi pencerahan kepada kita bahwa dengan memisahkan antara masjid dan kuburan maka kita telah terhindar dari larangan yang terdapat dalam hadits diatas. Selain itu terdapat hadits yang menunjukkan bahwa "bumi semuanya masjid kecuali kuburan dan WC", Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
الأرض كلها مسجد إلا المقبـرة والحمام
Bumi seluruhnya adalah masjid kecuali pekuburan dan WC [HR. at Tirmidzi dan Abu Daud]

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam juga telah memberikan isyarat bagi kita yang ingin sedikit berpikir bahwa kuburan tidak layak dijadikan sebagai tempat sholat, rukud dan sujud. Beliau shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
اجعلوا في بـيوتكم من صلاتكم، ولا تــتخذوها قبورا
Dirikanlah di rumah-rumah kalian, sebagian dari sholat-sholat kalian. Janganlah kalian jadikan rumah kalian layaknya pekuburan. [HR. al Bukhari dan Abu Daud]

Oleh karena itu seharusnya antara masjid dan kuburan dipisah, untuk menjaga kemurnian ibadah sholat yang kita tegakkan, dan terhindar dari penyerupaan terhadap ahli kitab yang mendapat laknat. Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
لعن الله اليهود والنصارى، اتخذوا قبور أنبـيائهم مساجد
Allah telah melaknat Yahudi dan Nashara, mereka telah menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai masjid. [HR. al Bukhari dan Muslim]

Selasa, 21 Juni 2016 Dusun Gollek, RK Gollek

Gollek, mirip dengan masjid Gantarang, yang khotbah jum'atnya menggunakan teks dalam bahasa Arab. Hampir-hampir tidak ada remaja masjid yang ikut buka puasa di masjid, hal ini disebabkan karena di masjid, hanya dibolehkan meminum seteguk air saja, nanti setelah selesai menegakkan sholat magrib, baru hidangan buka puasa disajikan dan disantap bersama.

Di malam pertengahan dari bulan suci Ramadhan, hampir seluruh masjid di wilayah desa Bontomarannu membaca qunut witir, ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud, at Tirmidzi dan an Nasa'i, serta ulama hadits lainnya;
عَنْ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ، قَالَ: عَلَّمَنِي جَدِّي رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَلِمَاتٍ أَقُولُهُنَّ فِي قُنُوتِ الْوِتْرِ: "اللَّهُمَّ اهدني فيمن هديت، وعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، سُبْحَانَكَ رَبَّنَا تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ"
Dari al Hasan bin Ali, dia berkata : Telah mengajariku, kakekku yaitu Rasulullah -sholllallahu 'alaihi wasallam- beberapa kalimat yang saya baca di qunut witir : "Ya Allah berikanlah hidayah kepadaku sebagaimana orang yang telah Engkau beri hidayah, dan berikanlah kesehatan kepadaku sebagaimana orang yang telah Engkau beri kesehatan, dan berikanlah perlindungan kepadaku sebagaimana orang yang telah Engkau beri perlindungan, dan jagalah aku dari keburukan apa yang telah engkau tentukan, dan berikanlah berkah kepadaku pada apa yang telah Engkau berikan, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan, dan tidak ditetapkan ketentuan atas diri-Mu, sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau lindungi, Maha Suci Engkau wahai Rab kami, Engkau penuh berkah lagi Maha Tinggi."

Pertanyaannya, kenapa sebagian imam di kampung-kampung juga membaca do'a qunut witir ini setiap subuh, bahkan ada yang membacanya ketika sholat hari raya, padahal inikan do'a untuk qunut witir..?!?!?

Kamis, 23 Juni 2016 Dusun Gojang Selatan, RK Pinang-pinang

Pinang-pinang, dusun ini terletak setelah paccendolang. Di Dusun inilah, Lampiran Jadwal Rombongan Safari Ramadhan Desa, sempat difoto dan diupload di facebook, untuk kemudian dijadikan image pemanis di tulisan ini.

Selasa, 28 Juni 2016 Dusun Gojang Utara, RK paradaiya

Paradaiya, terletak antara Pinang-Pinang dan Lembang Pakja. Di Dusun inilah terungkap bahwa masih ada sebagian warga yang berkeyakinan adanya hari baik atau buruk, sehingga mereka enggan untuk melakukan kegiatan tertentu kecuali di waktu-waktu tertentu yang dianggapnya baik. Keyakinan ini kurang tepat bahkan bisa menjadi keyakinan yang keliru ketika kita menganggap ada waktu atau hari yang tidak baik alias buruk yang mengantarkan kita mencela hari/waktu tersebut, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda :
«لَا تَسُبُّوا الدَّهْرَ، فَإِنَّ اللهَ هُوَ الدَّهْرُ»
"janganlah kalian mencela masa, karena sesungguhnya Allah adalah pengatur dan pencipta masa"

Semua waktu itu baik, meski ada waktu yang paling baik, bahkan terbaik. Silahkan memilih yang terbaik, dan jangan mencela.

Kamis, 30 Juni 2016 Dusun Bontomarannu, RK Bontomarannu
Bontomarannu merupakan ibu kota desa, dengan kondisi cuaca yang senantiasa sejuk, bahkan sangat dingin di malam hari, khususnya bagi pendatang yang belum terbiasa dengan hawanya. Saking dinginnya, rasa lapar begitu cepat menghampiri dan kantong kemih sedikit-sedikit penuh dan minta dikuras isinya.

Banyak ilmu dan hikmah yang bisa dipetik dalam perjalanan dakwah keliling desa Bontomarannu tahun ini, namun tidak semuanya bisa dituliskan karena keterbatasan waktu dan tempat.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan sehinggan acara ini bisa berjalan dengan lancar, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang sangat banyak tanpa batas.



Alhamdulillah, Ramadhan kali ini sangat berkesan penuh dengan kegiatan yang bernuasa religi;
  • Pelajaran Bahasa Arab "Matan al Ajrumiyyah" di Masjid Agung, dilanjutkan dengan menghafal kosa kata al Qur'an,
  • Kajian Subuh "Durus Ramadhaniyah" di Masjid al Ikhwan Boddia Tabang, dilanjutkan di Masjid Agung pada malam sepuluh terakhir,
  • Ceramah Antara Isya dan Tarawih di beberapa masjid di sekota Benteng,
  • Safari Ramadhan di Desa Bontomarannu dan Safari ke Biringbalang-Kalepe,
  • Khotbah Idul Fitri di Dusun Teko, Desa Bontokoraang, Kec. Bontomanai dengan tema : Syarat, Sebab dan Tanda Diterimanya Amal Sholeh
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".

"Maka berbicaralah kamu berdua (Musa & Harun Alaihimassalam) kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang LEMAH LEMBUT, mudah-mudahan ia ingat atau takut" [TQS. Thoha (20):44]